Fitnah Internet |
FITNAH INTERNET
Sudah kita ketahui fitnah merupakan perbuatan tercela manusia
yang sangat di hindari, kerena banyak semboyan mengatakan memfitnah lebih kejam
daripada membunuh. Meskipun kedua nya merupakan perbuatan yang sama-sama
dilarang oleh semua agama. Fitnah merupakan perbuatan manusia yang diada-ada
oleh pihak ke dua yang tidak bertanggung jawab dan ingin menjatuhakan pihak
pertama.
Fitnah dimana mana sudah sering kita dengar,
bahkan fitnah ada sudah jaman nenek moyang.
Internet
merupakan sebuah revolusi besar di dunia iptek dan media
massa, sebagaimana ia juga sekaligus merupakan medan yang luas untuk
menguji keimanan, akhlaq, dan akal manusia. Di dunia internet kebaikan terbuka
lebar pintu-pintunya, sebagaimana pintu-pintu kejelekan juga terpapar dengan
berbagai pose. Di dunia internet seseorang bisa menyuarakan apa saja yang dia
mau, dia bisa memuaskan matanya dengan apa saja yang ingin dia lihat, dia bisa
menulis dengan tangannya apa saja yang dia kehendaki, tanpa ada yang
menghisabnya, tanpa ada yang mengontrolnya, dan tanpa ada yang bisa
menghentikannya.
Jika seseorang mampu mengendalikan dirinya, menjaga keluhuran jiwanya,
melihat akibat setiap perbuatannya, dan selalu merasakan bahwa dia selalu
diawasi dan terlihat oleh Rabb Sang Maha Pencipta yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat –maka dia akan selamat.
Adapun jika dia melepaskan kekang jiwanya, dan mengikuti segala yang
diinginkan hawa nafsunya, tanpa ada kontrol keimanan dan ketakwaan–maka
hampir-hampir dia telah membenamkan dirinya di dalam jurang kehinaan dan
melemparkan dirinya di dalam kubangan kenistaan; maka tidak ada setelah itu
kecuali penghinaan jiwa, terenggutnya kehormatan, dan kebobrokan moral.
KIAT-KIAT MENGHADAPI FITNAH INTERNET
Ada beberapa hal yang bisa membantu seorang muslim di dalam menyelamatkan
diri dari fitnah internet dan bahaya-bahayanya, di antaranya ada 11 bahasan
pokok yang antaralain:
1. Berhati-hati di Dalam Bergaul Dengan Internet
Hendaknya seorang yang berakal tidak terlalu percaya diri dengan dirinya sehingga
menjerumuskan dirinya ke dalam fitnah yang kemudian sulit melepaskan diri
darinya.
Sepantasnya baginya jika hendaknya mengirim postingan atau komentar agar mempertimbangkan
sejauh mana akibatnya, hendaknya menjaga diri dari menyakit orang-orang yang
beriman dan menyebarkan perbuatan keji di antara mereka. Hendaknya menjauhkan
diri dari pembicaraan yang tidak berguna, mempermainkan perasaan, menyebarkan
tuduhan-tuduhan, dan mengadu domba di antara manusia. Jika ingin memberikan komentar atau membantah maka hendaknya dengan ilmu,
keadilan, rahmat,adab, dan ungkapan yang sopan.
Jika ingin berpartisipasi maka hendaknya memakai namanya yang asli, adapun
jika mengkhawatirkan dirinya jika menyebut dengan namanya yang asli atau ingin
menjaga keikhlasannya, maka hendaknya menghindari dari tulisan-tulisan yang
tidak boleh dan tidak layak, dan hendaknya selalu mengingat bahwa nanti akan
berdiri di hadapan Allah Ta’ala untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya
di hari yang ditampakkan semua rahasia.
2. Berhati-hati Dari Langkah-langkah Setan
Hendaknya seorang muslim mewaspadai langkah-langkah setan karena setan
adalah musuh, selalu mengintai seorang manusia dan mencarei-cari segala jalan
untuk menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Allah telah memperingatkan ini
dengan berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).
Seorang yang berakal tidak akan pernah percaya dengan musuhnya
selama-lamanya, tidak melemparkan dirinya ke dalam kubangan-kubangan fitnah,
dan tidak terlalu percaya dengan dirinya betapapun tinggi kecerdasannya,
betapapun dalam agama dan ilmunya. Maka seorang yang berakal akan menjauh dari
fitnah, dan tidak menampakkan diri kepadanya.
Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf ‘Alaihis Salaam tidak membawa dirinya ke
dalam fitnah, tetapi fitnahlah yang datang kepadanya. Meskipun demikian, beliau
tidak perceya diri dengan keimanannya, ilmunya, dan keutamaannya, bahkan beliau
lari dari fitnah, berlindung kepada Allah dari kejelekannya, dan mengakui
kelemahan dirinya dengan mengatakan:
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya
mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah
aku termasuk orang-orang yang bodoh“. (QS. Yusuf [12]: 33)
3. Membatasi Waktu dan Tujuan Ketika Membuka Internet
Di antara perkara yang bisa menghindarkan seseorang dari fitnah internet
adalah hendaknya membatasi waktu di dunia internet dan memiliki tujuan yang
jelas ketika masuk ke dalamnya.
Jika dia tidak membatasi waktu dan terus tergiring di dalam membuka-buka
file, dan berpindah-pindah dari satu situs ke situs yang lain tanpa tujuan yang
jelas, maka akan sia-sialah waktunya dan tidak mendapatkan faedah kecuali
sedikit.
4. Memikirkan Akibat-akibat Dari Setiap Perbuatannya.
Di antara perkara yang bisa menyelamatkan diri dari fitnah internet adalah
dengan memikirkan akibat-akibat dari setiap perbuatannya, dan hendaknya
mengekang jiwanya dengan kekang ketakwaan dan muroqobah.
Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:
“Demi Allah, wajib atasmu –wahai
seorang yang telah dimuliakan dengan ketakwaan- janganlah engkau menjual
kemuliaan takwa dengan kehinaan maksiat-maksiat, dan bersabarlah dari dahaga
hawa nafsu di dalam panasnya sesuatu yang diinginkan walaupun merasakan sakit
dan terbakar.” (Shaoidul khothir: 1/45)
5. Menjauhi Hal-hal Yang Merangsang Nafsu
Seorang yang masuk ke dalam internet hendaknya menjauhi hal-hal yang
merangsang, menjauhi situs-situs porno, dan forum-forum yang banyak menyuarakan
perkataan-perkataan yang jorok, dan menjauhi pembicaraan-pembicaraan yang merangsang
nafsu dan syahwat.
Hendaknya dia menjauhi gambar-gambar seronok (cabul, porno, Red.) dan
tampilan-tampilan yang merangsanng, karena jiwa manusia –dengan tabiat yang
Allah berikan kepadanya dari kecenderungan mengikuti hawa nafsu- permisalannya
seperti mesiu dan segala zat yang mudah terbakar. Zat-zat ini jika jauh dari
hal-hal yang memicu terbakarnya, maka dia akan tenang dan tidak membahayakan.
Adapun jika dipicu dengan hal-hal yang menyalakannya maka akan terbakar dengan
cepat.
Demikianlah juga jiwa-jiwa manusia, maka ia akan tenang jika jauh dari yang
memicunya. Jika ia mendekati hal-hal yang memicunya semisal
pemandangan-pemandangan yang merangsang, maka ia akan menggelora hingga muncul
kejelekan-kejelekannya dan memuncak hawa nafsunya.
Al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata:
Janganlah engkau ikutkan jiwa terhadap hawa nafsunya, Dan janganlah engkau
paparkan kepada fitnah-fitnah
Iblis adalah hidup dan tidak mati, Sedangkan mata adalah pintu terhadap
fitnah-fitnah. (Rosail Ibnu Hazm: 1/274)
6. Menundukkan Pandangan
Di antara perkara yang menyelamatkan dari fitnah internet adalah
menundukkan pandangan, karena gambar yang jorok (cabul) kadang muncul di
hadapan manusia tanpa disengaja. Jika dia menundukkan pandangannya maka dia
akan membuat ridhio Robbnya, dan melapangkan hatinya. Sebab, sesungguhnya mata
adalah cermin hati.
Membebaskan pandangan akan membawa kepada kebinasaan, sedangkan menundukkan
pandangan akan membawa kepada kelapangan. Jika seorang hamba menundukkan
pandangannya maka hatinya akan menundukkan nafsu dan syahwatnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur [24]: 30)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Allah Subhaanahu menjadikan
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan adalah lebih menyucikan jiwa. Dan
Dia menjelaskan bahwa meninggalkan perbuatan-perbuatan yang keji adalah
termasuk kesucian jiwa, dan kesucian jiwa mengandung hilangnya segala kejelekan
dari perbuatan-perbuatan keji, kezaliman, kesyirikan, kedustaan, dan yang
selainnya.” (Iqomatud Dalil ‘Ala Ibtholit Tahlil: 3/430)
7. Memeriksa Dengan Teliti
Di antara hal yang diwajibkan atas seseorang ketika masuk ke dunia internet
adalah hendaknya tatsabbut (memeriksa dengan teliti) dari semua yang dia
ucapkan, yang dia dengarkan, yang dia baca, dan yang dia nukil. Dengan ini maka
diketahui keteguhan akal dan keimanan seseorang.
Bagaimana tidak, dunia internet penuh dengan hal-hal yang bercampur-baur
antara yang baik dan yang buruk. Telah menulis di dalamnya siapa saja dengan
nama-nama samaran yang tidak dikenal!
Maka wajib atas seorang yang berakal agar memperhatikan perkara ini. Jika
dia mengetahui suatu berita atau suatu perkara maka hendaknya tatsabbut
tentangnya. Kalau sudah diketahui tentang kebenarannya maka hendaknya melihat
perlu tidaknya dia sebarkan. Jika hal itu akan membawa kepada kebaikan maka
hendaknya dikumpulkan dan disebarkan, dan jika tidak membawa kebaikan maka
hendaknya dia lipat dan berpaling darinya. Berapa banyak terjadi kejelekan dan fitnah dengan sebab kesembronoan di
dalam hal ini.
Berapa banyak dari manusia yang mengabaikan akalnya, dan
memperlakukan segala sesuatu yang disebarkan di internet sebagaimana sebuah
wahyu yang tidak ada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Sungguh telah datang larangan yang jelas dari menyampaikan segala sesuatu
yang didengar. Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Cukup
seseorang berdusta jika menyampaikan semua yang ia dengar.” (Shahih Muslim:
1/8).
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.Dankalau
mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).(QS.an-Nisa 83)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata tentang tafsir
ayat ini, “Ini adalah pengajaran dari Allah kepada para hamba-Nya tentang
perbuatan mereka yang tidak pantas ini, dan bahwa selayaknya bagi mereka jika
datang kepada mereka suatu perkara dari perkara-perkara yang penting dan
maslahat (kepentingan) –maslahat umum dari hal-hal yang berhubungan dengan
keamanan, dan kegembiraan seorang mukmin atau berhubungan dengan ketakutan yang
di dalamnya terdapat musibah atas mereka- agar mereka bertatsabbut (memeriksa
dengan teliti), dan tidak tergesa-gesa menyebarkan berita itu, bahkan hendaknya
mengembalikannya kepada Rosul dan ulil amri di antara mereka, yaitu para
pemikir, ahli ilmu, ahli nasehat, orang-orang yang berakal dan memiliki
ketenangan, mereka yang mengetahui perkara-perkara dan mengetahui
maslahat-maslahat dan mudarat-mudarat. Jika mereka melihat di dalam penyebaran
berita tersebut terdapat maslahat dan menggiatkan kaum mukminin, merupakan
kegembiraan bagi mereka dan menjaga dari musuh-musuh mereka –maka mereka
menyebarkannya. Dan jika mereka memandang apa yang tidak ada maslahat di
dalamnya, atau di dalamnya terdapat maslahat, tetapi mudaratnya melebihi
maslahatnya maka mereka tidak menyebarkannya.
Karena itulah Allah berfirman: “Tentulah orang-orang dari mereka yang ingin
mengambil istinbath darinya (akan dapat) mengetahuinya”, yaitu mengambil
darinya dengan pikiran mereka dan pendapat-pendapat mereka yang tepat dan
ilmu-ilmu mereka yang benar.
Di dalam ayat ini terdapat dalil bagi sebuah kaidah adab, yaitu bahwa jika
terjadi pembahasan di dalam suatu perkara maka selayaknya diserahkan kepada
orang yang kompeten dalam hal itu, diserahkan kepada ahlinya, dan tidak
mndahului di depannya; maka sesungguhnya dia lebih dekat kepada yang benar dan
lebih dekat kepada keselamatan dari kesalahan.
Di dalamnya terdapat larangan dari tergesa-gesa dan bersegera menyebarkan
perkara-perkara di saat mendengarnya,dan perintah untuk merenungi sebelum
berbicara, dan melihat di dalamnya apakah dia merupakan maslahat sehingga
seseorang maju kepadanya atau tidak sehingga dia mundur darinya.” (Taisir
al-Karimir Rahman hlm. 190)
8. Berhati-hati di Dalam Mengemukakan Pendapat
Di antara hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang berakal adalah
hendaknya tidak terlalu bersemangat ketika mengemukakan pendapatnya di dalam
sebuah perkara, dan tidak mengucapkan semua yang dia ketahui. Bahkan seyogyanya
ia memperhatikan maslahat-maslahat. Tidaklah baik baginya mengemukakan
pendapatnya di dalam semua perkara kecil dan besar, dan tidak wajib atasnya
berbicara pada setiap peristiwa karena kadang dia belum memiliki gambaran perkara
sebagaimana mestinya, kadang salah perkiraan dan menyelisihi kebenaran.
Dan orang-orang Arab mengatakan di dalam hal seperti ini:
“Kekeliruan adalah bekal orang yang
tergesa-gesa” (Lihat Bahjatul Majalis wa Unsul Majalis: 1/55)
Adapun jika berhati-hati dan pelan-pelan maka akan lebih bisa membuat
jernih tabiat, akan lebih menetapkan pendapat, dan akan lebih menyelamatkan
dari kesalahan. Orang-orang Arab memuji orang yang berhati-hati, tidak
tergesa-gesa, dan membolak-balik perkara atas dan bawah dengan mengatakan:
“Sesungguhnya dia adalah pandai mengusahakan
dan membolak-balik perkara.” (Lihat ash-Shihah oleh al-Jauhari: 2/91)
9. Jujur Dalam Berbicara
Hendaknya seorang yang berakal berucap sesuai dengan kadarnya, dan menjauhi
mubalaghoh (berlebih-lebihan) dan membesar-besarkan perkara, karena suatu
hakikat akan hilang dengan adanya pengungkapan yang berlebihan dan meremehkan.
Orang-orang Arab mengatakan di dalam pepatah mereka:
“Sebaik-baik manusia adalah tipe yang
tengah-tengah.” (Lihat al-Muhkam wal Muhith al-A’zhom: 8/595 dan Kitabul ‘Ain
7/442)
10. Selalu Bermuroqobah (merasa diawasi oleh) Allah ‘Azza wa Jalla
Di antara penasihat yang paling agung bagi seorang dan yang menjadikan dia
mengambil faidah dari internet dan selamat dari kejelekan-kejelekannya adalah
selalu muroqqobah terhadap Alloh ‘Azza wa Jalla dan merasa selalu dilihat
oleh-Nya.
Tidaklah kedua mataku melihat sesuatu yang lebih indah, Dari seorang pemuda
yang takut kepada Allah dalam keadaan sunyi sepi.
Hendaknya seorang yang berakal selalu mengingat hal ini dengan baik, selalu
mengingat bahwa yang gaib adalah nyata di sisi Alloh, maka pantaskah seseorang
menjadikan Alloh ‘Azza wa Jalla adalah yang paling tidak bernilai di antara
para pemirsa kepadanya?! Maka wajib atasnya agar menyadari bahwa barang siapa
yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan memakaikannya kepadanya, dan bahwa
barangsiapa yang menyembunyikan sesuatu maka Alloh akan menampakkannya, sama
saja apakah itu suatu kebaikan atau kejelekan; karena sesungguhnya balasan
sesuai dengan perbuatan dan “barangsiapa yang beramal kejelekan maka akan
dibalas dengannya.”
Inilah wasiat-wasiat yang agung dari para imam salaf tentang hal ini:
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata: “Tidaklah seorang hamba berbuat baik
antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan membaguskan antara dia dan para hamba,
dan tidaklah dia berbuat kejelekan antara dia dan Alloh kecuali Alloh akan
menjelekkan antara dia dan para hamba. Sungguh menjaduikan senang kepada satu
wajah adalah lebih mudah daripada menjadikan senang semua wajah, sesungguhnya
jika engkau membuat senang satu wajah tersebut maka seluruh wajah akan condong
kepadamu, dan jika engkau merusak antara dirimu dan diri-Nya, maka seluruh
wajah akan mencibirkanmu.” (Siyar A’lamin Nubala’: 11/124 dan Tarikhul Islam:
8/442)
Mu’tamir bin Sulaiman
berkata:“Sesungguhnya seorang laki-laki melakukan dosa dalam keadaan
sembunyi-sembunyi, dan dia memasuki waktu pagi dengan merasakan kehinaannya.”
(ats-Tsiqot: 8/389)
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata:“Sesungguhnya
seorang hamba melakukan kemaksiatan terhadap Alloh Ta’ala dalam keadaan sunyi
dari manusia, maka Alloh melemparkan kebencian terhadapnya di hati-hati
orang-orang yang beriman dari arah yang tidak dia sangka.” (Shoidul
Khothir hlm.235)
11. Mengingkari Kemungkaran Yang Ada di Internet
Orang yang masuk ke dalam dunia internet hendaknya jangan meremehkan
dirinya di dalam mengingkari apa yang dia pandang sebagai suatu kemungkaran
atau kejelekan di dalam internet. Dan itu semua sesuai dengan kadar kemampuan
dan kekuasaannya.
BERPERAN AKTIF DI DALAM MENYUGUHKAN HAL YANG BERMANFAAT DAN BERFAEDAH
Sebagaimana wajib atas seorang muslim menjauhkan dirinya dari
kejelekan-kejelekan internet, demikian juga selayaknya baginya –atau wajib
atasnya- tidak meluputkan dirinya dari kebaikannya, khusunya jika dia memiliki
ilmu yang mutqin tentangnya dan memiliki spesialisasi padanya. Tidaklah
selayaknya dia hanya mengupayakan tidak terjatuh di dalam hal-hal yang
diharamkan, bahkan wajib atasnya menyuguhkan hal-hal yang bermanfaat dan
berfaedah, dan partisipasi aktif, usulan-usulan yang bermanfaat, dan
mengarahkan kepada website-website Islami yang terpercaya.
Sumber:
Majalah al-Furqon No. 114 edisi II Tahun ke-10 Jumada Akhir 1432 H hlm.
37-42 dengan beberapa penyesuaian dari Admin Syabab Petarukan. Dipublikasikan
kembali oleh http://www.Salafiyunpad.wordpress.com
dan di sunting lagi oleh http://www.irwanhendrasaputra.pw
0 komentar:
Posting Komentar